Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat kembali memuncak setelah munculnya laporan serangan militer AS di wilayah timur kota Teheran pada malam hari. Serangan ini terjadi hanya berselang beberapa jam setelah mantan Presiden Amerika, Donald Trump, menyampaikan pernyataan di media internasional bahwa ia mendukung perdamaian dan gencatan senjata di Timur Tengah.
Pernyataan tersebut langsung menuai kecaman keras dari berbagai pihak di Iran yang menuduh Trump sebagai pembohong besar dan munafik politik. "Apakah kalian masih percaya pada ucapan Trump?" ujar seorang tokoh Iran dalam pesan yang menyebar luas di media sosial dan kanal informasi lokal.
“Trump pembohong. Di media internasional dia berkata ingin damai dan gencatan senjata, tapi semalam Amerika menyerang Teheran Timur,” lanjutnya dengan nada geram.
Kekecewaan ini dirasakan luas oleh rakyat Iran yang menilai bahwa serangan tersebut membuktikan betapa tidak konsistennya retorika politik Amerika dalam menghadapi krisis global. Serangan udara yang dilaporkan mengenai wilayah pemukiman dan instalasi tertentu di Teheran Timur telah memicu gelombang kemarahan publik.
Pemerintah Iran belum merilis pernyataan resmi terperinci, namun sejumlah pejabat militer mengonfirmasi adanya aktivitas militer asing di langit Iran pada malam tersebut. Laporan awal menyebutkan beberapa kerusakan infrastruktur dan korban luka ringan, namun situasi di lapangan masih dalam pemantauan.
Tindakan agresif ini dianggap sebagai provokasi langsung terhadap kedaulatan Iran dan bukti bahwa Amerika Serikat tidak mengindahkan norma-norma internasional. Trump, yang meski tidak lagi menjabat sebagai presiden, tetap memiliki pengaruh besar di ranah politik dan diplomatik AS.
Retorikanya mengenai perdamaian dan deeskalasi konflik dinilai hanya sebagai manuver politik semata tanpa itikad tulus untuk mengurangi ketegangan global. Masyarakat Iran bereaksi dengan kemarahan dan kekecewaan mendalam.
Banyak yang menganggap bahwa serangan ini adalah bentuk penghinaan terhadap bangsa Iran, apalagi dilakukan setelah pernyataan damai diumbar ke media. Tagar-tagar seperti #TrumpBohong dan #TeheranDiserang menjadi tren di media sosial, memperlihatkan kegeraman rakyat terhadap kepalsuan janji-janji dari pihak Amerika.
Beberapa analis internasional memandang serangan ini sebagai bagian dari strategi tekanan yang dijalankan oleh militer AS, meskipun diplomasi mereka menyuarakan sebaliknya. Ketidaksesuaian antara kata dan tindakan ini telah berulang kali memperburuk citra Amerika di mata dunia, khususnya di kawasan Timur Tengah yang sarat konflik dan trauma akan intervensi asing.
Iran kini kembali menegaskan bahwa pihaknya akan tetap waspada dan tidak akan tunduk pada intimidasi militer dari negara mana pun. Pemerintah menyatakan bahwa rakyat Iran tetap berdiri kokoh menghadapi segala bentuk ancaman, dan tidak akan membiarkan siapa pun melemahkan semangat kemerdekaan serta kedaulatan bangsa.
Serangan semalam hanyalah satu dari sekian banyak ujian yang harus dihadapi, namun semangat perlawanan tetap menyala di dada setiap warga Iran.