Seorang perwira militer Israel yang pernah terlibat dalam berbagai operasi militer di Gaza menyampaikan pernyataan mengejutkan kepada media lokal Yedioth Ahronoth. Dalam komentarnya, ia menggambarkan dampak pemboman Iran di Tel Aviv sebagai “benar-benar gila” dan menyerupai pemandangan yang pernah ia saksikan di kawasan konflik seperti Khan Younis dan Beit Hanoun.
Pernyataan tersebut mencerminkan eskalasi dramatis dalam situasi keamanan di wilayah tersebut, terutama setelah serangan lintas batas yang dilakukan oleh Iran ke berbagai titik strategis di Israel. Salah satu area yang paling terdampak adalah Ramat Gan, sebuah distrik padat yang berbatasan langsung dengan jantung Kota Tel Aviv.
Menurut kesaksian sang perwira, kondisi pasca-serangan di wilayah itu “mengingatkannya pada zona perang yang dulu ia hadapi di Jalur Gaza.” “Rasa takut dan kehancuran yang saya lihat di Ramat Gan membuat saya merasa seperti sedang berada di medan perang,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa puing-puing, lubang besar di jalan, serta ketegangan warga sipil menghadirkan atmosfer yang sebelumnya hanya ia alami dalam operasi militer di wilayah Palestina. Pernyataan ini dengan cepat menjadi sorotan publik dan mempertegas bagaimana skala serangan yang dilakukan telah menyentuh titik paling dalam dari rasa aman masyarakat Israel.
Jika biasanya kota-kota seperti Tel Aviv dianggap sebagai zona relatif aman dari konflik, kejadian terbaru ini mengguncang persepsi tersebut secara mendalam. Media lokal menyebutkan bahwa respons emosional dari tokoh militer ini mencerminkan betapa seriusnya kerusakan yang terjadi, bukan hanya secara fisik namun juga psikologis.
Banyak warga yang mengalami trauma dan ketakutan berkepanjangan, terutama setelah melihat wilayah yang selama ini aman justru menjadi target langsung. Sementara itu, pemerintah Israel terus melakukan penilaian kerusakan dan memperkuat sistem pertahanan udara di kota-kota besar.
Namun, pernyataan-pernyataan seperti yang disampaikan oleh perwira tersebut mengisyaratkan bahwa tantangan utama tidak hanya terletak pada respons militer, tetapi juga dalam memulihkan kembali rasa percaya dan ketenangan warga sipil. Di sisi lain, sejumlah analis menilai bahwa perbandingan antara Tel Aviv dan Gaza yang dilontarkan oleh perwira tersebut bisa menjadi pukulan balik terhadap narasi resmi yang selama ini menekankan dominasi dan superioritas militer Israel di kawasan.
Kini, dengan situasi yang berbalik, Israel harus menghadapi kenyataan baru di mana mereka pun merasakan langsung dampak dari konflik asimetris yang selama ini terjadi di luar perbatasan mereka. Kondisi di lapangan masih sangat dinamis, dan otoritas keamanan terus berjaga untuk mengantisipasi kemungkinan serangan susulan.
Namun satu hal yang pasti, dampak serangan terakhir telah meninggalkan jejak mendalam yang tidak mudah dihapus dalam waktu dekat.