Laporan terbaru yang diungkap Washington Post memicu kehebohan di kalangan diplomasi internasional, setelah terungkap dugaan upaya Iran untuk membunuh mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, di Prancis pada tahun 2022. Informasi ini bersumber dari buku baru yang diterbitkan, mengupas secara rinci bagaimana operasi tersebut hampir terlaksana sebelum akhirnya gagal di detik-detik terakhir.
Kabar ini memperlihatkan betapa panas dan rumitnya hubungan antara Iran dan Amerika Serikat, terutama setelah masa pemerintahan Donald Trump, ketika Pompeo memegang peran penting dalam kebijakan tekanan maksimum terhadap Teheran. Dalam laporan itu disebutkan, agen-agen Iran sudah menyiapkan rencana terstruktur dengan melibatkan jaringan mata-mata yang beroperasi di Eropa.
Tujuan mereka jelas: membunuh Pompeo sebagai balasan atas keterlibatan Amerika Serikat dalam pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani pada Januari 2020. Rencana ini tercium oleh badan intelijen sekutu yang kemudian memberitahu pemerintah Prancis dan AS, sehingga pengamanan ketat diberlakukan untuk melindungi Pompeo selama kunjungannya di Eropa.
Diketahui pula, ketegangan antara Iran dan Pompeo telah lama menjadi sorotan, terutama sejak Pompeo dikenal vokal mendukung kebijakan sanksi keras terhadap Iran dan mendesak pembatasan pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah. Kabar rencana pembunuhan ini semakin memperkuat dugaan bahwa Iran memang memburu sejumlah pejabat tinggi AS yang dianggap bertanggung jawab atas kematian Jenderal Soleimani.
Pihak berwenang Prancis belum memberikan pernyataan resmi terkait laporan ini. Namun sumber diplomatik Eropa menyebut kasus ini menjadi salah satu contoh nyata betapa rumitnya jaringan operasi rahasia Iran di luar negeri, yang kerap menimbulkan ketegangan diplomatik antara Teheran dan negara-negara Barat.
Pengungkapan rencana ini juga memicu reaksi keras dari para mantan pejabat AS yang mengecam keras tindakan Iran dan mendesak pemerintahan Joe Biden untuk meningkatkan tekanan terhadap Teheran. Di sisi lain, pemerintah Iran dalam berbagai kesempatan membantah tuduhan serupa dan menyebutnya sebagai propaganda untuk membenarkan kebijakan agresif Barat terhadap mereka.
Namun penulis buku yang membeberkan kasus ini mengklaim memiliki data dan dokumen kuat yang mendukung isi laporannya, meski belum dipublikasikan secara terbuka kepada publik. Kasus ini pun menambah daftar panjang konflik tersembunyi antara Iran dan AS yang kerap melibatkan operasi rahasia, pembunuhan target penting, hingga sanksi ekonomi berkepanjangan.
Banyak pihak menilai, pengungkapan rencana pembunuhan ini akan kembali memanaskan hubungan kedua negara yang sudah lama berada di ambang permusuhan terbuka. Kini, dunia menanti reaksi resmi dari pemerintahan Amerika Serikat dan sekutunya terkait kabar mengejutkan ini, di tengah terus berlanjutnya ketegangan dan dinamika politik di kawasan Timur Tengah yang tak pernah sepi dari konflik.