Lieberman Desak Penghentian Perang Gaza Demi Bebaskan Sandera

Posted 6 hours 58 minutes ago

Seruan mengejutkan datang dari Avigdor Lieberman, mantan Menteri Pertahanan Israel, yang secara terbuka mengkritik kebijakan pemerintahan Netanyahu terkait perang di Gaza. Lieberman menegaskan bahwa pembebasan para sandera Israel seharusnya menjadi prioritas utama, meskipun hal itu berarti menghentikan perang dan mencapai kesepakatan gencatan senjata permanen dengan pihak Palestina.

Pernyataan Lieberman ini menambah tekanan baru terhadap kabinet Netanyahu yang belakangan ini menuai kecaman dari berbagai kalangan, termasuk keluarga para sandera. Lieberman secara tegas menyatakan bahwa strategi pembebasan sandera melalui jalur diplomasi dan gencatan senjata bukanlah kelemahan, tetapi justru bentuk keberanian politik.

Ia mengingatkan kembali pengalaman Israel di Lebanon, di mana pendekatan serupa digunakan untuk mengakhiri konflik panjang dan memulangkan tentara Israel yang disandera. Menurutnya, mengorbankan kehidupan sandera demi ambisi militer semata adalah kesalahan strategis dan moral yang tak dapat dibenarkan.

Komentar Lieberman ini langsung memicu perdebatan sengit di internal politik Israel. Sejumlah pihak menilai seruan tersebut sebagai bentuk pengkhianatan terhadap tujuan militer Israel yang berupaya "menghancurkan kemampuan Hamas." Namun, tak sedikit pula yang mendukung pendapat Lieberman, terutama kalangan keluarga sandera yang telah lama mendesak pemerintah melakukan langkah nyata demi menyelamatkan kerabat mereka.

Sejak perang Gaza kembali memanas, isu sandera menjadi salah satu titik rawan yang memecah opini publik Israel. Keluarga para sandera secara terbuka menggelar aksi unjuk rasa, menuntut pemerintah Israel memprioritaskan keselamatan sandera di atas operasi militer berlarut-larut.

Hingga kini, banyak sandera Israel dilaporkan masih berada di Gaza, sebagian dalam kondisi kesehatan yang memburuk akibat situasi perang dan pengeboman terus-menerus. Pernyataan Lieberman juga menjadi sinyal semakin dalamnya ketegangan politik di tubuh elit pemerintahan Israel.

Ketidaksepakatan mengenai strategi perang, masa depan Gaza, dan jalan menuju pembebasan sandera menjadi isu sensitif yang bisa mengguncang koalisi Netanyahu kapan saja. Pengamat menilai, seruan Lieberman akan semakin mendorong tekanan internasional terhadap Israel agar mempertimbangkan gencatan senjata demi kepentingan kemanusiaan.

Di sisi lain, kelompok garis keras di kabinet Netanyahu tetap bersikeras bahwa operasi militer di Gaza tidak boleh dihentikan sebelum semua target strategis tercapai. Mereka beralasan bahwa gencatan senjata hanya akan memberi napas bagi kelompok perlawanan Palestina untuk kembali memperkuat diri.

Argumen inilah yang menjadi batu sandungan terbesar bagi kemungkinan kesepakatan damai dalam waktu dekat. Konflik berkepanjangan di Gaza sejauh ini telah menelan ribuan korban jiwa di pihak Palestina dan menghancurkan infrastruktur sipil secara masif.

Tekanan internasional terus meningkat agar Israel dan kelompok bersenjata Palestina segera menghentikan kekerasan dan membuka jalur diplomasi untuk mengakhiri penderitaan rakyat sipil di kedua belah pihak. Seruan Lieberman, meski masih memicu perdebatan, menunjukkan adanya celah dan peluang untuk mencari solusi damai melalui diplomasi.

Namun, apakah pemerintah Israel mau mendengarkan dan mengambil langkah berani demi keselamatan sandera dan rakyat Gaza, masih menjadi tanda tanya besar yang menggantung di tengah asap perang yang belum kunjung reda.