Ribuan pengunjuk rasa membanjiri jalan-jalan utama di Brussels, Belgia, kemarin dalam sebuah demonstrasi besar untuk menyuarakan solidaritas terhadap rakyat Palestina dan mengecam keras genosida yang terus berlangsung di Gaza. Aksi ini menjadi salah satu yang paling lantang di jantung Eropa, menandakan bahwa suara-suara kemanusiaan tak bisa lagi dibungkam oleh politik dan propaganda yang membutakan nurani.
Para demonstran membawa bendera Palestina, poster bergambar anak-anak korban kekerasan, dan spanduk besar bertuliskan “Hentikan Genosida di Gaza” dan “Bebaskan Palestina Sekarang.” Sorak-sorai dan seruan menuntut keadilan menggema di antara gedung-gedung Uni Eropa, mengingatkan bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan tak bisa terus dibiarkan tanpa perlawanan moral dari komunitas global. Aksi damai tersebut diorganisir oleh berbagai kelompok pro-Palestina, organisasi HAM, serta komunitas Muslim dan aktivis antiperang dari berbagai latar belakang.
Mereka menyuarakan keprihatinan mendalam atas sikap negara-negara besar yang terus membiarkan Israel melanjutkan agresinya terhadap warga sipil Palestina, sementara dunia hanya memberikan reaksi diplomatik yang dingin dan minim tekanan nyata. Brussels dipilih bukan tanpa alasan.
Sebagai pusat kebijakan Uni Eropa, kota ini menjadi simbol penting dalam menyampaikan pesan bahwa pembiaran terhadap kejahatan kemanusiaan di Gaza adalah bentuk kegagalan nilai-nilai Eropa sendiri. Banyak pengunjuk rasa menyoroti standar ganda dalam penanganan konflik dan mengajak pemimpin Eropa untuk berhenti bersikap munafik terhadap penderitaan rakyat Palestina.
Lebih dari sekadar aksi simbolik, demonstrasi ini juga menyerukan langkah konkret: embargo senjata terhadap Israel, sanksi internasional, dan pengadilan atas kejahatan perang yang dilakukan. Di tengah orasi-orasi penuh semangat, para aktivis juga membacakan nama-nama anak-anak Gaza yang gugur, mengubah suasana menjadi hening dan penuh haru.
Tangis terdengar dari kerumunan, menegaskan bahwa luka Palestina adalah luka bersama umat manusia. Kehadiran warga Belgia non-Muslim juga menunjukkan bahwa perjuangan Palestina bukan soal agama semata, melainkan isu kemanusiaan universal.
Banyak di antara mereka yang menyebut diamnya para pemimpin dunia sebagai bentuk kolusi dalam kejahatan. Mereka menuntut agar suara rakyat Eropa tak terus diabaikan dalam kebijakan luar negeri yang cenderung bias terhadap Israel.
Aksi solidaritas di Brussels kemarin menjadi bukti bahwa kesadaran global atas tragedi Gaza terus tumbuh dan tak terbendung. Dalam suasana musim panas yang padat turis dan lalu lintas, ribuan hati berkumpul bukan untuk berpesta, tetapi untuk menuntut keadilan dan menyerukan kemerdekaan bagi rakyat yang selama puluhan tahun hidup di bawah penjajahan brutal.
Pesan mereka jelas: dunia harus bangkit—dan Gaza harus bebas.