Dalam sebuah pernyataan yang mengejutkan dan cukup langka, Mayor Jenderal Yisrael Ze'ev, Kepala Divisi Operasi Tentara Israel, mengungkapkan bahwa setelah lebih dari 600 hari konflik yang berkepanjangan, tentara Israel telah berubah secara efektif menjadi milisi. Pernyataan ini bukan hanya mencerminkan kondisi krisis yang dialami oleh militer Israel, tetapi juga menimbulkan spekulasi serius mengenai masa depan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Mayor Jenderal Ze’ev menyampaikan bahwa keadaan militer yang makin melemah dan terfragmentasi menandakan sebuah titik kritis. Tentara yang selama ini dikenal sebagai salah satu angkatan bersenjata paling terlatih dan disiplin di dunia, kini bertransformasi menjadi kelompok yang lebih mirip milisi, dengan disiplin dan koordinasi yang jauh berkurang.
Hal ini tentu saja berdampak besar terhadap efektivitas operasi militer Israel, terutama di tengah tekanan konflik yang semakin intens dan kompleks. Lebih jauh, pernyataan ini menimbulkan tafsir bahwa situasi militer yang memburuk juga berpengaruh pada stabilitas politik Israel.
Ze’ev menegaskan bahwa “akhir Netanyahu sudah dekat,” sebuah indikasi bahwa ketidakpuasan dalam tubuh militer dan masyarakat terhadap kepemimpinan Netanyahu semakin memuncak. Konflik yang berkepanjangan dan krisis yang terus berlangsung menjadi beban yang sulit diatasi oleh pemerintahan saat ini.
Fakta bahwa pernyataan semacam ini muncul dari sosok dengan posisi strategis di militer Israel menunjukkan betapa dalamnya krisis yang sedang dialami negara tersebut. Selama ini, Netanyahu dikenal sebagai sosok yang tangguh dan berpengaruh, namun kini ia menghadapi tantangan berat yang tidak hanya dari pihak eksternal tetapi juga dari dalam struktur negara dan militer.
Situasi ini memperlihatkan betapa panjang dan beratnya konflik yang dialami Israel dalam menghadapi berbagai kelompok perlawanan di wilayahnya dan sekitarnya. Kondisi militer yang melemah ini bisa berdampak pada strategi dan keputusan politik yang diambil oleh pemerintah Israel dalam waktu dekat.
Bagi pengamat regional, pernyataan Mayor Jenderal Ze’ev ini menjadi indikasi bahwa dinamika politik Israel sedang mengalami perubahan signifikan. Apakah akan terjadi perubahan kepemimpinan atau restrukturisasi militer, semua masih menjadi tanda tanya, namun tekanan yang ada jelas tidak bisa diabaikan begitu saja.
Dalam konteks yang lebih luas, krisis ini juga membuka peluang bagi kelompok perlawanan di wilayah Palestina dan negara-negara tetangga untuk mengambil posisi lebih strategis. Israel yang tengah bergulat dengan masalah internal tentu memiliki keterbatasan dalam merespon tantangan eksternal secara optimal.
Jadi, pernyataan ini bukan hanya soal militer Israel, tetapi juga gambaran perubahan besar dalam peta konflik Timur Tengah.